Pages/Halaman:
Ikuti konten terbaru dan menarik lainnya di:
Bantu SAFAHAD NEWS Anti Hoaks via WhatsApp
ilustrasi. (Foto: Luthfy Syahban/Tim Infografis/Detik.com)
SAFAHAD - Resesi ekonomi menjadi hantu menyeramkan bagi seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Ekonomi dunia saat ini memang sedang baik-baik saja, terutama selepas pandemi Covid-19 mereda.
Resesi ekonomi diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu stagnan dan lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Resesi ekonomi bisa memicu penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran, hingga kebangkrutan ekonomi.
Resesi ekonomi ditandai dengan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam dua kuartal beruntun. Penyebab terjadinya resesi adalah hal-hal terkait ekonomi dan teknologi yang saling berkaitan. Berikut penjelasan lengkap penyebab resesi ekonomi:
Guncangan Ekonomi
Selain resesi, guncangan ekonomi juga bisa menyebabkan berbagai masalah ekonomi serius, seperti tumpukan utang. Utang yang banyak membuat biaya pelunasannya meninggi, bahkan hingga sampai ke titik tidak mampu melunasinya lagi.
Inflasi
Inflasi merupakan kondisi naiknya harga barang dan jasa selama periode tertentu. Inflasi yang berlebihan membuat daya beli masyarakat melemah. Di lain sisi, produksi barang dan jasa bakal menurun. Ini masuk dalam kategori berbahaya karena akan memicu pengangguran, kemiskinan, dan berujung pada resesi.
Tingginya Suku Bunga
Suku bunga yang tinggi berfungsi untuk melindungi nilai mata uang, tapi ini akan membebani debitur dan menyebabkan kredit macet. Jika terjadi secara besar-besaran, perbankan bisa kolaps.
Guncangan ekonomi yang mendadak, seperti pandemi Covid-19 merupakan salah satu penyebab resesi ekonomi. Ini ditandai dengan lemahnya daya beli akibat kesulitan finansial.
Penyebab resesi ekonomi selanjutnya adalah inflasi. Pada 2020 lalu dunia mengalami resesi akibat pandemi Covid-19, sekarang resesi terjadi karena tingginya inflasi akibat harga komoditas energi yang melesat.
Inflasi yang melambung membuat bank sentral menaikkan suku bunganya. Masalahnya, dua hal tersebut diperparah dengan daya beli yang mulai lesu dan bakal menjadi pemantik resesi.
Deflasi
Penurunan harga terus-menerus bisa membuat konsumen menunda pembelian dan menunggu hingga nominal terendah. Jika ini terjadi, daya beli justru melemah dan aktivitas produksi berkurang. Ketika individu dan unit bisnis berhenti mengeluarkan uang, ekonomi bakal rusak.
Gelembung Aset Pecah
Mereka membeli banyak saham atau menumpuk properti dengan spekulasi bahwa harganya akan terus naik di masa depan. Namun, gelembung aset itu bakal ramai-ramai dijual ketika kondisi ekonomi sedang berantakan atau disebut panic selling. Jika ini terjadi, resesi ekonomi bakal makin dekat.
Perkembangan Teknologi
Ciri-ciri Resesi Ekonomi
Tak hanya inflasi, deflasi juga bisa menyebabkan resesi ekonomi. Deflasi ditandai dengan turunnya harga barang atau jasa. Sekilas deflasi bisa meningkatkan daya beli masyarakat, tapi jika terjadi berlebihan akan merugikan penyedia barang dan jasa.
Gelembung aset juga menjadi salah satu penyebab resesi ekonomi. Fenomena gelembung aset biasanya terjadi di pasar saham dan properti. Investor mengambil keputusan gegabah yang akhirnya merusak pasar.
Penyebab resesi ekonomi tak hanya dari sektor ekonomi secara langsung, tapi juga berkaitan dengan teknologi. Adanya revolusi industri dikhawatirkan membuat Artificial Intelligence (AI) dan robot akan menggantikan banyak pekerjaan manusia. Jika ini terjadi, banyak pekerja yang berpotensi menjadi pengangguran dan resesi tak terhindarkan.
Setelah paham pengertian dan penyebab, mari mengenal ciri-ciri resesi ekonomi. Ini penting agar Anda tahu harus berbuat apa ketika terjadi resesi ekonomi. Berikut ciri-ciri resesi ekonomi:
Pertumbuhan Ekonomi Negatif
Impor Lebih Besar Dibanding Ekspor
Turunnya Lapangan Kerja
Produksi dan Konsumsi Tidak Seimbang
Jadi, kondisi produksi dan konsumsi yang tidak seimbang bisa membuat pengeluaran membengkak dan laba perusahaan dalam negeri menipis. Kondisi ini tentu memicu resesi.
Dampak Resesi Ekonomi
Seperti yang sudah dijelaskan pada pengertian resesi ekonomi, kondisi ini terjadi ketika pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif hingga dua kuartal berturut-turut. Kondisi ini biasanya dipengaruhi oleh ketidakstabilan investasi, konsumsi, pendapatan nasional, pengeluaran, dan ekspor-impor. Jika ini terjadi, resesi sulit untuk dihindari.
Kondisi ekspor-impor berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jika impor lebih besar dibanding ekspor, itu bisa jadi ciri-ciri resesi ekonomi. Ketika suatu negara lebih banyak mendatangkan berbagai kebutuhan dari luar negeri, ada risiko defisit anggaran. Jika ini terjadi, pendapatan nasional menurun dan bisa menyebabkan resesi.
Turunnya lapangan kerja membuat semakin banyak pengangguran dan menunjukkan lemahnya ekonomi suatu negara. Jika ini terjadi, tingkat kriminalitas berpotensi meroket. Semakin banyak tindak kriminal, investor bisa kehilangan kepercayaan untuk menanamkan modal dan pada akhirnya negara berpeluang jatuh ke jurang resesi.
Produksi dan konsumsi yang tidak seimbang juga menjadi ciri-ciri resesi ekonomi. Jika produksi berlebih, stok barang bakal menumpuk. Sementara, konsumsi yang lebih banyak dibanding produksi berpotensi mendorong impor besar-besaran.
Resesi ekonomi jelas bukan sesuatu yang diharapkan dalam perekonomian. Resesi ekonomi tidak hanya berdampak kepada pemerintah, tetapi juga perusahaan hingga kehidupan individu. Berikut penjelasan dampak resesi ekonomi:
Dampak Resesi Ekonomi untuk Pemerintah
Ketika pendapatan negara sedang merosot, pemerintah tetap dituntut membuka lapangan kerja sebanyak mungkin karena jumlah pengangguran yang meningkat. Akibatnya, pinjaman ke bank asing bakal meroket.
Selain itu, pembangunan tetap dituntut untuk terus berjalan di berbagai sektor pemerintahan, termasuk menjamin kesejahteraan rakyat. Pada akhirnya, penurunan pendapatan pajak dan meningkatnya pembayaran kesejahteraan mengakibatkan defisit anggaran serta tingginya utang pemerintah.
Dampak Resesi Ekonomi untuk Perusahaan
Perang harga lantas menjadi opsi perusahaan agar terhindar dari kebangkrutan. Namun, langkah ini membuat keuntungan bakal menurun dan harus ditambal dengan melakukan efisiensi. Biasanya, perusahaan bakal menutup area bisnis yang kurang menguntungkan hingga memotong biaya operasional.
Dampak ke Pekerja
Jika banyak terjadi PHK, berarti pengangguran semakin meningkat. Padahal, mereka dituntut untuk terus memenuhi kebutuhan hidup di tengah resesi ekonomi. Di lain sisi, bagi pekerja yang tidak terkena PHK juga terancam terkena pemotongan upah dan hak kerja lainnya saat resesi ekonomi terjadi.
Resesi ekonomi membuat pendapatan negara dari pajak dan non pajak menjadi lebih rendah. Ini karena penghasilan masyarakat menurun hingga harga properti yang anjlok dan akhirnya memicu rendahnya jumlah PPN ke kas negara.
Bisnis berpotensi bangkrut saat terjadi resesi ekonomi. Ketika terjadi resesi ekonomi, daya beli masyarakat menurun dan pendapatan perusahaan bakal semakin kecil. Kondisi ini yang bakal mengancam kelancaran arus kas.
Sebenarnya, efisiensi yang dilakukan perusahaan ketika terjadi resesi juga berdampak ke pekerja. Menutup area bisnis yang kurang menguntungkan dan memotong biaya operasional berarti melakukan PHK kepada banyak pekerja.
Cara Mencegah Resesi Ekonomi
Belanja Besar-besaran
Bantuan UMKM
Mengembalikan Kepercayaan Investor
Daftar Negara Terancam Resesi Ekonomi, Ada Indonesia?
Setelah paham dampaknya, Anda perlu tahu bagaimana cara mencegah resesi ekonomi. Pasalnya, resesi ekonomi adalah kondisi yang menakutkan bagi banyak sektor. Ini dia cara mencegah resesi ekonomi:
Cara mencegah resesi ekonomi adalah dengan memperkuat daya beli melalui belanja besar-besaran. Pemerintah berencana melakukan belanja besar-besaran untuk menghadapi ancaman resesi sehingga permintaan dalam negeri meningkat dan dunia usaha tergerak untuk berinvestasi.
UMKM adalah salah satu sektor yang terdampak resesi. Namun, usaha jenis ini memiliki daya tahan lebih baik dibanding perusahaan besar ketika terjadi krisis karena lingkupnya kecil. Jadi, perlu adanya bantuan finansial agar kegiatan produksi tetap berjalan.
Selain memperkuat daya beli, resesi ekonomi bisa diatasi dengan membuat kebijakan dan proyek-proyek strategis untuk membangun iklim investasi agar investor tertarik menanamkan modalnya kembali.
Perusahaan keuangan Amerika Serikat, Bloomberg, merilis 15 negara yang berpotensi mengalami resesi. Apakah Indonesia termasuk? Berikut daftar negara terancam resesi ekonomi:
1. Sri Lanka
2. New Zealand
3. Korea Selatan
4. Jepang
5. China
6. Hongkong
7. Australia
8. Taiwan
9. Pakistan
10. Malaysia
11. Vietnam
12. Thailand
13. Filipina
14. Indonesia
15. India
Benarkah Indonesia Terancam Resesi Ekonomi?
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menegaskan sejumlah indikator ekonomi menunjukkan perekonomian Indonesia masih sangat bagus. Namun, Indonesia harus tetap waspada dan akan terus memonitor potensi resesi.
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia, indikator ekonomi Indonesia seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, transaksi berjalan, neraca pembayaran Indonesia (NPI), hingga ekspor impor masih sangat baik. Namun, nilai tukar terus melemah dan menunjukkan kinerja yang buruk.
Andai Indonesia (Amit-amit) Resesi, Apa yang Harus Dilakukan?
Lantas bagaimana pengelolaan keuangan pribadi agar tahan guncangan resesi? Berikut hal-hal yang bisa Anda lakukan:
Indonesia seringkali dikaitkan dengan banyak negara yang dianggap terjerat krisis dan resesi. Bahkan, ada juga beberapa analisis yang mengkhawatirkan Indonesia akan terjerat krisis seperti Sri Lanka.
Indonesia memang masuk dalam daftar 15 negara yang terancam resesi ekonomi. Namun, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bloomberg, risiko resesi yang akan dihadapi Indonesia terbilang rendah, yakni hanya 3%.
1. Jangan Boros
2. Atur Ulang Pos Pengeluaran
3. Mengurangi atau Melunasi Utang
4. Mulai Siapkan Dana Darurat
5. Siapkan Asuransi
6. Cari Pendapatan Lainnya
7. Investasi dan Menabung
Lihat Juga
Lihat Juga