Pages/Halaman:
J. Robert Oppenheimer, Direktur pertama Los Alamos National Laboratory. (Public Domain/liputan6)
SAFAHAD - Film Oppenheimer karya sutradara Christopher Nolan baru akan dirilis di tahun depan. Namun film yang diangkat dari kisah nyata seorang ahli fisika J. Robert Oppenheimer yang memiliki julukan Bapak Bom Atom dinanti banyak penggemar film.
Pemilik nama lengkap Julius Robert Oppenheimer lahir di New York City pada 22 April 1904. Melansir Institute for Advanced Study, ayahnya yang juga bernama Julius Oppenheimer adalah imigran Jerman yang bekerja di bisnis impor tekstil keluarganya. Ibunya, Ella Friedman, adalah pelukis yang keluarganya sudah menetap di New York, AS, selama beberapa generasi.
Oppenheimer juga punya adik laki-laki yang nantinya menjadi fisikawan, Frank. Pada 1921, Oppenheimer lulus dari Ethical Culture School of New York dengan nilai tertinggi di kelasnya. Ia melanjutkan pendidikannya di Harvard University dan lulus dengan gelar summa cum laude. Selanjutnya, Oppenheimer berlayar ke Inggris dan mendaftarkan diri di Cambridge University, di mana ia memulai penelitian atomnya di Cavendish Laboratory pada tahun 1925.
Mengelola Laboratorium di AS
Oppenheimer tidak terlalu mengikuti perkembangan politik dan masalah duniawi lainnya. Ia bahkan, tidak pernah menggunakan hak pilihnya dalam pemilu sebelum tahun 1936.Sejak 1934, ia menjadi semakin peduli tentang politik dan masalah internasional.
Sekitar tahun 1930-an, Oppenheimer semakin aktif dalam politik dan menunjukkan persetujuannya dengan Albert Einstein dan Leo Szilard bahwa Nazi dapat mengembangkan senjata nuklir.
Saat Jerman Nazi menginvasi Polandia tahun 1939, Oppenheimer ditunjuk untuk mengelola laboratorium untuk melaksanakan Manhattan Project, yakni eksperimen Angkatan Darat Amerika Serikat yang bertujuan memanfaatkan energi atom untuk keperluan militer. Ia memimpin sisi sains dari proyek ini pada tahun 1942. Menurut Live Science, misi utama Manhattan Project adalah membuat bom sebelum Jerman Nazi menciptakan hal yang sama.
Ternyata, Jerman saja tidak tahu bahwa Amerika Serikat berlomba-lomba dengan negara itu dalam pembuatan bom. Pandangan pemerintah AS pun beralih ke Jepang. Pada 6 Agustus 1945, bom dijatuhkan di Hiroshima. Tiga hari kemudian, bom dijatuhkan di Nagasaki. Pengeboman ini mengakhiri Perang Dunia Kedua.
Namun, rutinitas di laboratorium yang membosankan mendorongnya untuk pergi ke Göttingen University, Jerman, dengan tujuan mempelajari fisika kuantum. Ia menerima gelar doktornya di Göttingen. Di saat yang bersamaan, Oppenheimer mengembangkan apa yang kemudian dikenal sebagai 'Pendekatan Born-Oppenheimer' yang menjadi kontribusi penting bagi teori molekuler kuantum.
Penyesalan Oppenheimer
Namun melihat raut wajahnya yang tampaknya tidak memiliki ekspresi, banyak yang bertanya-tanya apakah ia menyesali penemuannya? Mengutip Kids, Oppenheimer dan rekannya sangat kecewa dengan pengeboman Nagasaki karena mereka merasa bom kedua tidak diperlukan dilihat dari sudut pandang militer.
Saat wawancara dengan Presiden AS, Harry S. Truman pada Oktober 1945, Oppenheimer mengatakan bahwa dia merasa memiliki 'darah di tangannya'. Hal ini merujuk pada masyarakat tak bersalah yang tewas karena bom atom. Mendengar hal ini, Presiden Truman marah dan langsung mengakhiri pertemuan.
Sikap menentang tersebut menimbulkan tuduhan bahwa Oppenheimer tidak setia pada negara. Aktivitas Oppenheimer berikutnya adalah mengajar di kampus, menulis, dan bekerja di bidang fisika.
Sepanjang hidupnya, Oppenheimer mendapatkan tiga nominasi untuk Penghargaan Nobel di bidang fisika, yakni pada 1945, 1951, dan 1967. Namun, ia tidak pernah menang.Pada 1963, Presiden AS, Lyndon B. Johnson memberikan Penghargaan Enrico Fermi atas prestasi Oppenheimer di bidang fisika.
Prestasi Oppenheimer dalam fisika meliputi pendekatan Born-Oppenheimer, kontribusinya untuk teori elektron dan positron, proses Oppenheimer-Phillips, serta prediksi pertama terowongan kuantum. Dengan murid-muridnya ia juga memberikan kontribusi penting untuk teori modern dari bintang neutron, lubang hitam, mekanika kuantum, teori medan kuantum, dan interaksi sinar kosmik.
Pasca peledakan dua Bom Atom di Nagasaki dan Hiroshima Jepang, dalam sebuah wawancara, Oppenheimer mengungkapkan penyesalannya telah menciptakan senjata pemusnah masal tersebut. Dia bahkan mengatakan bahwa dirinya saat ini sudah menjadi malaikat kematian bagi kelangsungan hidup umat manusia.
Perokok Berat
Sebelumnya suami Kitty adalah dokter Richard Harrison. Oppenheimer menjadi suami Kitty yang keempat.Pada 1943, Oppenheimer melakukan perjalanan ke San Fransisco untuk mengunjungi kekasih lamanya, Jean Tatlock, seorang psikiater sekaligus komunis.
Beberapa sejarawan percaya bahwa Oppenheimer berselingkuh dengan Jean Tatlock saat ia sedang sibuk dengan Manhattan Project. Sejumlah sejarawan lainnya berpendapat bahwa keduanya bertemu sekali saja, tepatnya pada pertengahan Juni 1943.
Berdasarkan informasi The Atlantic, Oppenheimer juga dipercaya punya keterikatan romantis dengan Ruth Sherman Tolman, psikolog yang merupakan istri dari ilmuwan Manhattan Project lainnya, Richard Tolman.
Oppenheimer adalah seorang perokok berat. Akibatnya, ia mengidap kanker tenggorokan pada 1965. Setelah operasi tanpa akhir yang jelas, ia menjalani pengobatan radiasi dan kemoterapi pada 1966. Ia kemudian mengalami koma pada 15 Februari 1967 dan meninggal di rumahnya di Princeton, New Jersey, pada 18 Februari 1967 di usia 62 tahun.
Kesuksesan Oppenheimer di bidang ilmu pengetahuan berbanding terbalik dengan kehidupan pribadinya. Kehidupan pernikahan Oppenheimer bisa dibilang berantakan. Ia menikah dengan Kitty Harrison, seorang ahli botani pada1940.
Kontributor: Abdul Hamid
Sumber: liputan6
Lihat Juga
Lihat Juga