Hari Trauma Sedunia (depositphotos)
SAFAHAD NEWS - Setiap tahun, 17 Oktober diperingati sebagai
Hari Trauma Sedunia. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global mengenai
trauma, baik yang bersifat fisik maupun psikologis, yang dialami oleh banyak individu. Trauma dapat muncul dalam berbagai bentuk seperti kecelakaan, kekerasan, bencana alam, atau kehilangan yang menyakitkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa trauma psikologis bisa memberikan dampak jangka panjang pada
kesehatan mental jika tidak ditangani dengan tepat.
Trauma sering meninggalkan bekas yang tak terlihat di bagian terdalam seseorang. Dari segi psikologis, trauma dapat memengaruhi sejumlah aspek kehidupan termasuk interaksi sosial, pekerjaan serta kualitas hidup secara keseluruhan. Oleh karena itu, penanganan trauma menjadi prioritas utama dalam sistem kesehatan seluruh dunia. Sebuah penelitian dari American Psychological AssociationHa menunjukkan bahwa trauma psikologis dapat memicu gangguan stres pascatrauma (PTSD), yang membutuhkan perhatian khusus.
Hari Trauma Sedunia menawarkan peluang untuk mendiseminasikan informasi mengenai pentingnya mencari bantuan profesional bagi mereka yang mengalami trauma. Banyak orang biasanya enggan mencari pertolongan akibat stigma sosial seputar kesehatan mental. Namun demikian, peningkatan kesadaran melalui kampanye seperti Hari Trauma Sedunia diharapkan membuat masyarakat lebih terbuka dan memahami bahwa dukungan psikologis sama pentingnya dengan pengobatan fisik.
Penanganan terhadap trauma bisa dilakukan lewat beragam terapi mulai dari terapi perilaku kognitif hingga terapi kelompok. Menurut National Institute of Mental Health, terapi perilaku kognitif telah terbukti efektif membantu individu mengatasi traumanya dengan mengenali dan merubah pola pikir negatif mereka. Dukungan dari keluarga dan lingkungan sangat berperan dalam proses pemulihan seseorang setelah mengalami trauma.
Edukasi tentang
trauma pun menjadi fokus utama selama peringatan ini. Memahami gejala-gejala trauma baik pada diri sendiri maupun pada orang lain sangat berguna untuk memberikan intervensi yang tepat waktu saat dibutuhkan. Walau demikian jelas terlihat kadangkala efeknya tidak disadari oleh individual tersebut sehingga dukungan antar sesama perlu diperkuat demi membantu mereka yang sedang menghadapi tantangan melawan rasa sakit akibat trauma.
Di Indonesia sendiri kini semakin meningkat kesadaran akan perlunya penanganan terhadap masalah ini. Masyarakat memperoleh kemudahan akses layanan konsultasi dan terapi dari berbagai lembaga kesehatan mental untuk mendampingi korban kasus kekerasan,bencana alam,maupun kecelakaan. Data terbaru dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa peningkatan akses ke layanan kesehatan mental merupakan salah satu prioritas terutama melihat kompleksitas permasalahan kesehatan jiwa di era modern saat ini.
Hari Trauma Sedunia bukan sekadar kesempatan bagi penyintas guna mendapatkan perhatian namun juga untuk mendorong masyarakat luas agar merasa peduli terhadap kondisi
kesehatan mental orang-orang terdekat. Berdasarkan data WHO,saat ini sekitar 70% populasi dunia setidaknya sekali pernah mengalami suatu bentuk pengalaman
traumatis. Nyata hal ini membuktikan betapa krusial posisi kita semua dalam memberi sokongan kepada pihak-pihak memerlukan.
Dengan adanya Hari Trauma Sedunia,diharapkan nantinya tingkat kesadaran terus berkembang sekaligus stigma berkaitan isu-isu terkait kesehatan mental berkurang. Lebih jauh lagi ,semakin banyak individu akan termotivasi meminta tolong serta menerima dukungan untuk pulih lalu menjalani kehidupannya kembali lebih baik daripada sebelumnya.
Lihat Juga
Lihat Juga