-->

Notification


×

Iklan

Iklan

Kategori Pilihan

Apa Itu Throning? Istilah Tren Baru di Kalangan Generasi Z

Tayang: Kamis, 09 Januari 2025 | 00.30 WIB
Tayangan Last Updated 2025-01-08T20:12:01Z

Pages/Halaman:
Ikuti konten terbaru dan menarik lainnya di:
  • Facebook:
  • YouTube:
  • Google News:
  • X/Twitter:
  • Instagram:
  • TikTok:
  • WhatsApp Channel:
  • Telegram Channel:
  • Bantu SAFAHAD NEWS Anti Hoaks via WhatsApp
    Throning,Media Sosial,Gen Z Generation,Gen Z Age Range,Kesehatan,Sosial Media,Gen Z,Kesehatan Mental,Gen Z Years,Gaya Hidup,Throne Dating Artinya,Throne Dating Adalah
    Ilustrasi Apa Itu Throning. (Asumsi.co)
    SAFAHAD NEWS - Apakah Anda pernah merasakan bahwa hubungan asmara semakin sulit dipahami dalam era digital ini? Tren pertemanan dan kencan terus berkembang, dan kini muncul istilah baru yang mendominasi percakapan di kalangan generasi muda.

    Di tengah tekanan sosial dan pencarian validasi, banyak individu terjebak dalam hubungan yang lebih berorientasi pada status sosial dibandingkan dengan koneksi emosional. Fenomena ini semakin relevan di Indonesia, di mana pengaruh media sosial sering dijadikan tolok ukur kesuksesan personal.

    Banyak orang merasa perlu berhubungan dengan individu yang memiliki status sosial lebih tinggi guna meningkatkan citra diri mereka. Sayangnya, pendekatan ini tidak hanya membawa kebahagiaan semu, tetapi juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan mental.

    Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai throning, bagaimana fenomena ini mempengaruhi generasi Z, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk membangun hubungan yang sehat dan autentik.

    Definisi Throning

    Salah satu istilah yang tengah mendapat perhatian adalah throning, yang menurut laporan Google, telah menjadi tren kencan yang paling populer di kalangan generasi Z. Throning dapat didefinisikan sebagai perilaku mencari pasangan dengan status sosial lebih tinggi atau pengaruh yang besar demi meningkatkan citra diri.

    Dalam konteks ini, "throne" melambangkan kekuasaan atau pengaruh. Individu yang terlibat dalam throning sering melakukan pendekatan terhadap pasangan yang dianggap "berkelas" atau "berkuasa." Fenomena ini lebih dari sekadar istilah; ia mencerminkan perubahan dalam pandangan masyarakat mengenai hubungan di era modern.

    Alasan Popularitas Throning

    Menurut psikolog Divyanshi Prabhakar, throning seringkali berakar dari masalah harga diri dan kebutuhan akan validasi sosial. Generasi Z, yang tumbuh di era media sosial, sering mengalami tekanan untuk menampilkan citra yang ideal. Ini menyangkut tidak hanya penampilan, tetapi juga pilihan pasangan yang mereka ambil.

    Faktor Penyebab Throning

    1. Tekanan Media Sosial: Di Indonesia, platform seperti Instagram dan TikTok sering kali berfungsi sebagai ajang pamer gaya hidup. Mempunyai pasangan dengan status sosial tinggi dapat dianggap sebagai pencapaian yang mampu meningkatkan citra diri.
    2. Budaya Konsumerisme: Istilah "gold digger" atau "matre" telah lama dikenal. Namun, throning memperluas cakupan ini menuju kekuasaan, popularitas, dan pengaruh, bukan hanya materi.
    3. Perubahan Nilai dalam Hubungan: Generasi muda saat ini lebih menghargai popularitas dan pengaruh dibandingkan dengan koneksi emosional yang tulus.

    Aspek Negatif Throning

    Meskipun tampak glamor, throning memiliki sisi kelam yang jarang disorot. Berikut ini adalah beberapa dampaknya:

    1. Tekanan untuk Mempertahankan Citra Ideal
    Individu yang terlibat dalam throning sering merasa harus terus membuktikan diri di hadapan masyarakat, yang dapat mengakibatkan:

    - Stres kronis
    - Kecemasan sosial
    - Gangguan kesehatan mental lainnya

    2. Kehilangan Nilai Diri
    Dengan menjadikan status sosial pasangan sebagai prioritas, banyak individu kehilangan kesadaran akan nilai intrinsik mereka dan mulai meragukan nilai diri mereka tanpa validasi dari orang lain.

    3. Hubungan yang Tidak Autentik
    Ketika hubungan didasarkan pada status sosial, akan sulit untuk membangun koneksi emosional yang tulus, sehingga mengakibatkan hubungan yang rapuh dan tidak bertahan lama.

    Perbandingan Throning dan Gold Digger

    Di masa lalu, istilah "gold digger" digunakan untuk menggambarkan hubungan yang berorientasi pada motif finansial. Kini, throning memperluas cakupan tersebut dengan motivasi yang meliputi:

    - Materi: Keinginan untuk mendapatkan gaya hidup yang mewah.
    - Kekuasaan: Mencari keterhubungan dengan individu yang memiliki pengaruh besar.
    - Popularitas: Berupaya menjadi bagian dari lingkaran sosial elit.

    Dalam dunia yang semakin terhubung, orang tidak hanya ingin "menggali emas," tetapi juga ingin "duduk di singgasana." Fenomena ini mencerminkan pergeseran nilai dalam hubungan modern.

    Upaya Menghindari Dampak Negatif Throning

    Untuk membangun hubungan yang sehat, sangat penting bagi individu untuk mengenali nilai intrinsik mereka sendiri. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

    1. Fokus pada Koneksi Emosional
    Utamakan hubungan yang berlandaskan rasa saling menghormati, nilai bersama, dan koneksi yang autentik. Hindari menilai seseorang semata-mata berdasarkan status sosial atau pencapaian materinya. Carilah pasangan yang benar-benar memahami dan mendukung Anda sebagai individu. Luangkan waktu untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur.

    2. Kurangi Tekanan Media Sosial
    Media sosial sering kali memperburuk tekanan untuk tampil sempurna. Batasi waktu yang dihabiskan di platform tersebut dan hindari membandingkan kehidupan Anda dengan orang lain. Memperhatikan kehidupan yang lebih nyata dan kebahagiaan sejati sangatlah penting.

    3. Tingkatkan Rasa Harga Diri
    Kenali bahwa nilai Anda tidak tergantung pada status sosial pasangan. Pelajarilah untuk menghargai diri sendiri dengan menerima kekuatan dan kelemahan yang Anda miliki.

    - Self-reflection: Catat pencapaian Anda dan hal-hal yang membuat Anda bangga.
    - Mengikuti kegiatan positif: Ikut serta dalam aktivitas yang meningkatkan keterampilan dan kepercayaan diri Anda.
    - Dukungan profesional: Jika Anda merasa sulit membangun harga diri, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau konselor.

    4. Edukasi Diri Mengenai Hubungan Sehat
    Pelajari tanda-tanda hubungan yang sehat, seperti komunikasi yang jujur, dukungan timbal balik, dan rasa saling menghormati. Hindari hubungan yang berlandaskan manipulasi atau ketergantungan emosional.

    5. Ciptakan Lingkungan yang Mendukung
    Bergaul dengan orang-orang yang positif dan mendukung dapat membantu menjaga perspektif yang sehat dalam membangun hubungan. Teman dan keluarga yang baik akan selalu mengingatkan Anda tentang pentingnya nilai intrinsik dan cinta yang autentik.

    Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, Anda dapat menghindari jebakan throning dan membangun hubungan yang lebih berarti serta memuaskan.

    Throning merupakan fenomena baru yang mencerminkan kompleksitas hubungan di era kontemporer. Meskipun tampak menarik, pendekatan ini memiliki sisi gelap yang bisa mempengaruhi kesehatan mental dan kualitas hubungan.

    Bagi generasi Z di Indonesia, penting untuk memahami bahwa nilai diri seseorang tidak ditentukan oleh pasangan yang dimilikinya. Dengan mengutamakan koneksi emosional yang autentik dan menghargai diri sendiri, Anda akan dapat menciptakan hubungan yang lebih berarti dan memuaskan.

    Meskipun tren datang dan pergi, prinsip-prinsip dasar dari hubungan yang sehat akan selalu relevan. Oleh karena itu, sebelum terjebak dalam throning, tanyakan pada diri sendiri: Apakah ini benar-benar membawa kebahagiaan, ataukah hanya sebatas ilusi sementara?.

    Referensi:
  • https://www.viva.co.id/gaya-hidup/1783646-apa-itu-throning-istilah-baru-gen-z-di-2024

  • Lihat Juga
    Lihat Juga
    Lihat Juga
    Lihat Juga
    Lihat Juga

    ×
    Latest Update Update
    CLOSE Ads