(Andrew Caballero-Reynolds/AFP via Getty Images)
SAFAHAD NEWS - Tak ada yang menyangka bahwa seorang mantan karyawan bisa menjadi saingan terbesar bagi bos lamanya. Itulah kisah Shou Zi Chew, CEO TikTok yang sebelumnya merupakan karyawan magang untuk CEO Meta, Mark Zuckerberg.
Menurut laporan dari Fortune, pria asal Singapura ini meraih gelar ekonomi dari University College London sebelum melanjutkan pendidikan MBA di Harvard Business School. Di sana, dia melakukan magang di perusahaan teknologi yang sedang naik daun.
"Namanya Facebook," ungkap Chew kepada situs alumni Sekolah Bisnis Harvard.
Setelah memulai karirnya di California dengan Facebook, Chew berpindah ke luar negeri dan pernah tinggal di London, Singapura, serta Hong Kong sebelum akhirnya mendarat di Beijing.
Chew bergabung dengan Xiaomi pada tahun 2015 dan berperan krusial sebagai kepala keuangan saat perusahaan tersebut berhasil go public tiga tahun kemudian; informasi ini bersumber dari situs web alumni Harvard Business School.
Menjadi Kompetitor Meta
Di tahun 2021, perjalanan karir Chew kembali bersinggungan dengan Zuckerberg—kali ini dalam posisi sebagai rival. Dia masuk ke ByteDance, perusahaan induk TikTok,sebagai CFO dan dalam waktu singkat telah menjabat sebagai CEO TikTok sambil tetap menjalankan tugasnya selama beberapa waktu sebagai CFO ByteDance hingga fokus penuh kepada platform video berdurasi pendek itu.
Dengan lebih dari 150 juta pengguna aktif bulanan hanya di Amerika Serikat dan lebih dari 1 miliar secara global, TikTok telah menjadi salah satu media sosial paling populer yang tidak berada dalam genggaman Zuckerberg. Namun meskipun tidak memilikinya sekarang, bukan berarti ia tak berusaha untuk mengakuisisi aplikasinya dulu sekalipun.
Zuckerberg dikabarkan menghabiskan sebagian besar 2016 berusaha membeli aset penting dari aplikasi sinkronisasi bibir terkenal bernama Musical.ly – tahap awal pengembangan apa yang kini dikenal sebagai TikTok - tetapi sayangnya kalah dalam persaingan oleh ByteDance yang mengeksekusi akuisisi senilai USD800 juta pada tahun 2017. Mereka lalu menggabungkan Musical.ly dengan platform TikTok sehingga keduanya semakin berkembang pesat bersama-sama.
TikTok Terpojok di Amerika Namun Berhasil Bangkit
Meta mencoba menghadapi tantangan TikTok lewat peluncuran aplikasi sejenis bernama Lasso pada tahun 2018 namun usaha tersebut tidak berhasil dan ditutup dua tahun kemudian.
Sewaktu meningkatnya terhadap larangan penggunaan TikTok meningkat tajam belakangan ini, kritik terhadap aplikasi itu pun makin gencar dilakukan oleh Zuckerberg. Ia pernah berpendapat bahwa keberadaan TikTok dapat jadi ancaman bagi kebebasan berekspresi individu melalui platform sosial media global lainnya.
Meski begitu dia juga mengatakan bahwa adanya tindakan pemblokiran mungkin menciptakan preseden buruk, tetapi menambahkan bahwa ia juga bersimpati dengan masalah keamanan nasional.
"Saya yakin ada pertanyaan keamanan nasional yang valid tentang memiliki aplikasi yang memiliki banyak data orang yang mengikuti aturan negara lain, pemerintah yang semakin dilihat sebagai pesaing," kata Zuckerberg dalam rapat internal pada tahun 2020, menurut BuzzFeed News .
Dalam rangkaian sidang kongres terbaru,,Chew tampil membela citra TikTok atas dugaan terkait ancaman keamanan nasional tersebut. Dalam komite Energi dan Perdagangan DPR pada tahun 2023, lalu Chew mengkritik skandal Cambridge Analytica Facebook , dan mengatakan TikTok tidak mengumpulkan lebih banyak data daripada platform media sosial Amerika.
"Saya tidak menganggap kepemilikan sebagai masalah di sini," katanya dalam sidang tersebut.
"Perusahaan sosial Amerika tidak memiliki rekam jejak yang baik dalam hal privasi data dan keamanan pengguna."
Referensi:
https://www.merdeka.com/uang/ceo-tiktok-shou-zi-chew-dulu-magang-di-facebook-kini-jadi-ancaman-bagi-zuckerberg-286843-mvk.html?page=3
Lihat Juga
Lihat Juga